SELAMAT DATANG DI BLOG BEM FISIP UNDIP. SILAKAN MENCARI INFORMASI YANG ANDA BUTUHKAN. KRITIK DAN SARAN DARI PENGUNJUNG SANGAT BERARTI BAGI PENGEMBANGAN BLOG INI. TERIMA KASIH.

Selasa, 24 Mei 2011

“Jangan pernah buat rakyat sengsara kalau tidak ingin berhadapan dengan kekuatan mahasiswa!!!” jilid 2

Ternyata beginilah Indonesia. Negara yang layak disebut sebagai lahan hijau bagi politikus. Melihat fakta bahwa Negara Indonesia termasuk Negara yang tertinggal, elit politik sibuk bermanuver demi terwujudnya kepentingan golongannya maupun kepentingan pribadi. Mengaku wakil rakyat, tetapi sibuk bermain dengan kekuasaan yang dimilikinya. Jika melihat konteks Negara Indonesia yang merupakan Negara demokrasi dimana kekuasaan tertinggi barada ditangan rakyat, hal tersebut sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang berlaku di Indonesia sekarang ini. Nyatanya partai politik lah yang menggenggam kekuasaan. Dengan bermodal SekGab (Sekretariat Gabungan), partai politiklah yang memegang aturan mainnya.
Lihatlah ketika rakyat menjerit karena kesejahteraan yang tak kunjung didapat, anggota dewan terhormat justru berdebat mengenai pembangunan gedung DPR yang menghabiskan bertriliun-triliun uang rakyat. Kegiatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan ketika rakyat masih terpuruk yakni studi banding ke luar negeri yang dilakukan anggota dewan.

Minggu, 15 Mei 2011

“Jangan pernah buat rakyat sengsara kalau tidak ingin berhadapan dengan kekuatan mahasiswa!!!” jilid 1

Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin". Tepat ketika Indonesia juga termasuk di dalamnya. Kondisi dimana hal-hal yang berhubungan erat dengan kualitas hidup seperti makanan, minuman, pakaian, tempat berlindung, akses pendidikan dan pekerjaan yang tidak terpenuhi. Dan realita seperti inilah yang setiap saat media massa paparkan. Ironisnya pengungkapan bagaimana rakyat Indonesia menghabiskan keseluruhan hidupnya dengan “berteman” kemiskinan ini, menjadi news value di setiap pemberitaan media massa dan menjadi wacana yang biasa bagi masyarakat (wakil rakyat), terbukti pemerintah hanya melakukan program pengentasan kemiskinan sedang yang dibutuhkan adalah kebijakan pengentasan kemiskinan. Hal ini membuktikan ketika pemerintah memandang angka kemiskinan sebatas pada program dan belum menjadi kebijakan. Tidak ada follow up yang benar-benar memutus rantai kemiskinan di Indonesia sehingga kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang tidak pernah selesai dibahas di negeri ini dan menjadi masalah yang kompleks-multidimensional mengingat komposisi penduduk dengan beragam status sosial dan ekonomi serta geografis yang tersebar.

Selasa, 03 Mei 2011

NII Merambah Perguruan Tinggi? Ada Apa Sebenarnya?

Pemberitaan seputar NII yang kini tengah marak di berbagai media massa menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi seluruh masyarakat Indonesia.  Terutama di kalangan civitas akademika kampus, sebab sebagian besar mahasiswa berbagai perguruan tinggi Indonesia disinyalir menjadi korban rekruitmen NII.  Mari kita telaah bersema pa sebenarnya yang membuat NII merambah Perguruan Tinggi. NII yang saat ini  menjadi topik pembicaraan masyarakat bukan DI/NII pimpinan Kartosuwiryo yang dulu dilumpuhkan pada era Orde Baru.   Melainkan NII yang berevolusi menjadi NII KW - 9 didalangi mantan intelejen Ali Moertopo, kemudian pada tahun 1997 semakin berkembang pesat sejak dipimpin Panji Gumilang, konon menjelma sebagai jaringan organisasi teroris yang radikal.
Melihat kenyataan tersebut timbul pertanyaan besar dibenak kita. Apakah setelah Mantan Presiden Soeharto lengser NII dibiarkan tumbuh subur oleh pemimpin negeri ini? Sungguh permasalahan yang sangat konyol. Badan Intelejen Negara (BIN) yang dibiayai dari uang rakyat tidak tahu menahu akan aktifitas NII?? Padahal intelejen adalah aparat keamanan yang seharusnya paling mengerti betul tentang keberadaan ormas, organisasi ,atau perkumpulan yang kiranya dicurigai dan memicu timbulnya pergerakan yang akan mengacaukan kedaulatan NKRI.